Ini kisah menceritakan tentang kehidupan seorang gadis
bernama Naru. Ia adalah seorang gadis yang tumbuh dalam keluarga broken home, karena hal inilah kejiwaan
Naru sedikit berbeda dengan anak yang hidup dalam keluarga utuh. Ia mempunyai
kepribadian buruk yang suka berkelahi dengan anak laki-laki. Selain itu Naru
mengidap hiperpobia terhadap ciuman,
ini berawal saat ia melihat secara langsung perselingkuhan ibunya dengan pria
lain, ketika itu usia Naru baru menginjak 8th. Karena hiperpobia yang dideritanya ini menyebabkan hubungan percintaannya
selalu kandas dengan cepat.
Selain
Naru diceritakan pula tentang sahabat kecilnya yang bernama Reihan. Ia adalah
anak laki-laki yang tinggal disebelah rumahnya, memiliki kepribadian yang
pendiam, suka menyendiri, berhati dingin, dan selalu kurang percaya diri. Reihan
mempunyai bakat dalam melukis sejak kecil, tapi kebanyakan teman-teman
disekitarnya selalu mengejek hasil karyanya. Sehingga membuatnya meninggalkan
seni lukis dan beralih ke arah olahraga. Salah satunya adalah renang. Reihan
selalu berada di sisi Naru hingga mereka berdua tumbuh remaja, meskipun sering
kali keduanya bertengkar hanya karena masalah-masalah kecil.
Dalam lingkungan
keduanya ada pula seorang anak laki-laki yang menjadi sorot cerita. Ia adalah Zenitama
teman Reihan dan Naru ketika duduk di bangku dasar. Zen merupakan sosok anak
laki-laki yang cukup bisa berbaur dengan yang lainnya dan disukai karena
mempunyai pesona ketampanan sejak lahir. Tapi ia sering bertengkar dengan Naru
dan tentu saja Naru yang menang dikala mereka beradu kekuatan. Hingga ia pun
mengatai Naru kelak tidak akan ada laki-laki yang mendekatinya.
“Dasar
cewek tomboy. Aku sumpahin kamu tidak akan pernah punya pacar seumur hidup.” Sambil
memegangi hidungnya yang masih meneteskan darah.
“Beraninya menyumpahin orang sini kalau berani hadapi aku lagi.” Hendak menonjok muka Zen, tapi tangannya di tahan oleh Reihan. Seketika Zen dan teman-temannya lari ketakutan.
Semenjak
kejadian itu Zen akhirnya pindah sekolahan karena pekerjaan orang tuanya dan
Naru tidak pernah bertemu lagi dengannya dalam waktu yang sangat lama.
Ketika
Naru beranjak remaja ia sedikit berubah penampilan menjadi sedikit feminim
membuat beberapa laki-laki menggandrunginya. Ia beberapa kali menjalin hubungan
asmara dengan beberapa teman laki-laki, tapi hubungan mereka selalu berhenti
tidak lebih dari dua minggu. Naru mulai sadar dengan sumpah yang pernah di
ucapkan Zen beberapa tahun yang lalu. Semenjak itu takdir berkata lain, Zen
kembali lagi dan kini mereka dipertemukan kembali dalam satu kelas. Zen pun
tidak berubah sama sekali ia semakin tambah menawan dengan wajah yang mempesona
kaum hawa. Hanya saja kepribadiannya yang suka cari masalah dengan Naru kini
sudah hilang. Pada saat itu mulai terjalinlah hubungan persahabatan antara Zen,
Naru dan Reihan.
Selama
berlalunya waktu yang mereka habiskan bersama membuat bunga cinta antara Naru
dan Zen tumbuh secara perlahan. Namun, diantara keduanya tidak ada yang berani
mengutarakannya. Hingga saat upacara kelulusan SMA resmi berakhir, Naru
memberanikan dirinya mengutarakan perasaannya terhadap Zen.
“Tunggu
Zen.” Ia menarik lengan kanan Zen yang hendak pergi meninggalkan aula, “ada hal
yang ingin ku katakan padamu. Bisa kah kita cari tempat lain untuk bicara?”. Raut
wajahnya sedikit memerah karena menahan malu.
“Hmm..
aku tau tempat yang cocok untuk kita bicara berdua.” Kini giliran Zen yang
menggenggam tangan Naru dan mengajaknya ke kebun belakang sekolah. Di sana
mereka mulai berbicara.
Mendadak
Zen menarik badan Naru ke dalam pelukannya, “Ku mohon diamlah sebentar. Aku
juga punya hal yang ingin ku katakan padamu. Mungkin setelah ini kita tidak
bisa bertemu lagi. Jadi dengarkan dengan baik, aku hanya akan mengucapkannya
sekali.” Ia menarik nafas sebelum melanjutkan kalimatnya dan Naru merasa sesak
berada di pelukan Zen. “Aku mencintai kamu Naru.”
Di luar
dugaan pengakuan cinta yang awalnya ingin diutaran Naru justru didahului Zen. Semenjak
itu hubungan percintaan mereka dimulai. Hingga dua tahun berjalan saat mereka
berdua sama-sama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Selama hubungan yang
mereka jalani Naru masih mengidap hiperpobia yang masih belum disembuhkan,
alhasil hubungan itu tak berjalan dengan baik, beberapa kali mereka bertengkar
hanya masalah ciuman.
Naru
ingin menghilangkan traumanya, dan saat itu lah muncul Reihan dalam
kehidupannya. Reihan kini telah menjadi mahasiswa seni disebuah Universitas
swasta, ia juga mengalami kesulitan tersendiri dalam menyelesaikan tugas akhir
yang mengharuskannya melukis tubuh perempuan dalam keadaan telanjang. Diantara
Naru dan Reihan setuju untuk membantu sama lainnya. Semenjak kedekatan itu
terjadi, perlahan-lahan Naru menyadari sesuatu yang aneh ada dalam hatinya. Dari
sisi yang lain Zen yang sudah tak tahan dengan hiperpobia yang diderita Naru
akhirnya menjalin hubungan gelap dengan senior jurusannya.
Naru dan
Zen sudah menjalin hubungan sampai jenjang tunangan. Namun setelah hubungan
gelap diantara keduanya terungkap, hubungan asamara itu kandas sebelum lanjut
ke arah pernikahan. Semenjak itu Naru memutuskan pergi ke Jepang untuk
mempelajari ilmu sastra di sana, ia pun ingin melupakan kejadian pahitnya, dan
masa-masa gelap yang ia lalui. Ia pun meninggalkan Reihan dan memilih untuk
sendirian.
“Ini
jalan yang harus aku lalui sendirian, Rei. Maaf karena sudah menyeretmu dalam
masalahku.” Pesan terakhir yang ditinggalkan Naru untuk Reihan.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar