Rabu, 12 Oktober 2016

Jendral Tak Bertahta

Hitam legam wajah ini bagai asapal jalanan,
Gemuruh genderang perang membakar jiwa kami,
Hanya berharap kemenangan,
Pada sebatang bambu runcing ditangan,
Bagai lidi yang terikat jadi satu,
Kami berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi,
Tak ada orang kecil,
Tak ada orang besar, kita semua sama.


Menantang maut didepan moncong meriam,
Dalam hati ini hanya ada satu kata,
Merdeka.
Pergi kau para penjajah dari tanah kami.
Berjuang dan hanya berjuang
Hingga puluhan bahkan ribuan dari kami
Gugur dalam kebanggaan

Merdeka!
Satu kata yang kami teriakkan dengan lantang,
Sungguh dusta pula satu kata itu,
Kini penjajahan masih kami rasakan sampai sekarang,
Bumi pertiwi belumlah bebas,
Kalian begitu terlena,
Bahkan tertidur dalam timangan,
Lupakah kalian akan perjuangan kami
Dan mereka yang terenggut nyawanya,
Dalam gencatan senjata puluhan tahun silam
Lalu buat apa perjuangan itu?

Apa ini kemerdekan yang dimaksud?
Rakyat kecil hanya akan mejadi debu jalanan,
Berperan namun tak pernah ada yang melihat,
Terlunta-lunta di bumi yang diperjuangkannya sendiri
Meringkuk pula dalam belaian jalanan malam,
Menunggu waktu hingga mereka

Kembali kedalam pelukan bumi pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar